Riset Sebut Bitcoin Berpotensi Sentuh US$122.000 pada Februari
Head of Research 10x Research Markus Thielen menyebutkan pola pergerakan Bitcoin (BTC) menunjukkan kenaikan dalam blok-blok harga sekitar US$18.000. Maka dari itu, Bitcoin di perkirakan dapat mencapai harga. US$122.000 pada Februari mendatang sebelum fase konsolidasi berikutnya. Thielen juga mengungkapkan Bitcoin telah berhasil melakukan pengujian pada bola breakout wedge-nya, titik di mana harga aset menembus garis support dalam pola wedge. Sebagai informasi, saat artikel ini di tulis Bitcoin di perdagangkan di angka kisaran US$105.000, Rabu (22/01). Selain itu, Thielen menambahkan jika pola kenaikan sebelumnya bertahan, Bitcoin bahkan berpotensi melampaui US$122.000 sebelum kembali menguji level tersebut sebagai fase support. Potensi Kenaikan Bitcoin
Di sisi lain, analis Bitfinex turut sependapat dengan menyatakan pemulihan. Bitcoin yang kuat menunjukkan performa yang mengesankan di banding pasar saham. Adapun, Co-Founder Material Indicators Keith Alan juga memprediksi Bitcoin dapat mencapai. US$122.000 berkat breakout dari pola grafik cup-and-handle pada chart mingguan. “Bitcoin yang telah berhasil merebut kembali rata-rata pergerakan kunci ini sedang menuju wilayah tertinggi sepanjang masa (ATH),” ujar Alan.
Kapitalisasi Pasar Stablecoin Capai Rekor US$214 Miliar
Kapitalisasi pasar stablecoin di seluruh jaringan mencapai US$214 miliar, mencatatkan rekor baru. Menurut data dari Defillama, angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,20% dalam tujuh hari terakhir. Menariknya, Tether (USDT) tetap mendominasi pasar dengan kapitalisasi sebesar US$139 miliar, yang menyumbang 65,18% dari total pangsa pasar. Kompetitor terdekat Tether, sebut saja USDC milik Circle, juga mengalami kenaikan nilai pasar sebesar 11,48% dalam seminggu terakhir, mencapai kapitalisasi US$51,54 miliar dan pangsa pasar 23,88%.

Selain itu, stablecoin lainnya dalam lima besar antara lain Ethena USDE dengan kapitalisasi US$5,74 miliar dan DAI dengan US$4,66 miliar. Kelima stablecoin ini bersama-sama menguasai 92% dari total kapitalisasi pasar. CEO Coinbase Brian Armstrong memberitahu bahwa undang-undang baru di AS mungkin mengharuskan penerbit stablecoin untuk sepenuhnya mendukung token mereka dengan obligasi Treasury AS. Hal ini juga dapat berdampak pada penerbit luar negeri seperti Tether.